1 user are viewing this product

Filologi Biblikal dan Kritik Historis : Ishmael dan Identitas Kearaban

Rp125.000

  • Penulis : Menachem Ali
  • Halaman : 203
  • Penerbit : The Yeshiva Institute

Kajian manuskrip dan studi filologis terhadap teks-teks keagamaan, kini semakin semarak di Eropa. Kajian filologis teks-teks keislaman, khususnya studi teks Quran juga menjadi daya tarik para akademisi Barat. Bahkan, karya-karya para sarjana Barat yang memanfaatkan teori-teori modern terkait studi linguistik historis dan filologis, khususnya studi linguistik Arab khas Quran juga merperkaya wacana dialektika keilmuan, di antaranya karya Munther Younes, penulis buku The Routledge Introduction to Qur’anic Arabic (Routledge, 2012).

Buku Filologi Biblikal dan Kritik Historis: Ishmael dan Identitas Kearaban hadir kepada pembaca sebagai temen bernalar kritis. Dalam studi filologis terkait bahasa Arab khas Quran, kita menemukan kosakata serapan yang merepresentasikan tokoh kunci Ishmael dalam kitab suci. Sosok manusia yang bernama Ishmael dalam Alkitab (Bible) sering kali disalahpahami dan bahkan terpinggirkan di pentas wacana iman Kristiani. Dalam wacana gerejawi, ketokohan Ishmael hanya dikenal sebagai anak seorang budak asal Mesir yang bernama Hagar, yang dilahirkan bukan atas kehendak ilahi. Bahkan di kalangan umat Kristiani, Ishmael hanya dikenal sebagai sang keledai liar yang selalu membuat onar, permusuhan, kekerasan dan peperangan, yang kehidupannya ditakdirkan oleh nubuatan nas kitab suci selalu akrab dengan kejahatan.

Dalam konteks ini, karakter buruk yang amat akut senantiasa disematkan kepada Ishmael dengan cara mengutip nas-nas kitab suci dan tanpa berpikir berdasarkan analisis eksegesis dan kajian historis-kritis. Fakta pencitraan karakter Ishmael yang amat buruk ini ternyata juga diproyeksi melalui bias politisasi teks yang merujuk pada konstruksi tafsir teologi Evangelikal akibat phobia Perang Salib yang telah menjadi warisan memori kolektif masyarakat Kristen Barat. Bahkan, trauma sejarah relasi Islam – Kristen pada Abad Pertengahan yang kurang begitu harmonis itu diterustradisikan dalam konteks pertarungan politik global yang terkait isu terorisme internasional dengan cara menghubung-hubungkan teks literal kitab suci Bible yang selalu dirujukkan pada pencitraan Ishmael dengan cara mendistorsi maknanya.

Penerbitan buku ini dipandang penting dalam mendedah ketidaktahuan dan prasangka umat beriman akibat kesalahpahaman mengenai Ishmael, anak Abraham, berdasarkan kajian filologi, linguistik dan arkeologi.

Terlaris
Scroll to Top